Zaman Megalitikum Meliputi Pengertian, Sejarah, Ciri, dan Peninggalannya Secara Lengkap
Pengertian Zaman Megalitikum
Zaman megalitikum merupakan zaman batu besar.Kenapa disebut zaman batu besar, karena waktu itu manusia masih hidup memakai batu yang berukuran besar sebagai peralatan sehari-hari.Menurut hasil analisis dari para ahli arkeolog, menyebutkan bahwa:Ciri – ciri zaman atau masa megalitikum ini terletak pada fosil yang ditemukan.
Dimana, pada zaman itu ada banyak sekali peninggalan berupa kapak batu, rumah batu, dan perlengkapan lain yang terbuat dari batu.
Sejarah Kebudayaan Megalithikum
Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke indonesia melalui 2 gelombang, yaitu :
- Megalithikum Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak-undak,Arca-arca,Statis.
- Megalithikum Muda menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga Sarkofagus dan arca-arca dinamis.
Apa yang dinyatakan dalam uraian di atas, dibuktikan dengan adanya penemuan bangunan batu besar seperti kuburan batu pada zaman prasejarah, banyak ditemukan manik-manik, alat-alat perunggu dan besi. Hasil kebudayaan megalithikum biasanya tidak dikerjakan secara halus, tetapi hanya diratakan secara kasar dan terutama hanya untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan.
Sedangkan berdasarkan masanya, tradisi megalitik dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Tradisi megalitikum yang berasal dari masa prasejarah dan umumnya berupa monumen yang tidak dipakai lagi.
- Tradisi megalitikum yang masih berlanjut dan umumnya ditemukan di daerah Nias, Toraja, Sumba, Sabu, Flores, dan Timor.
Baca Juga: Zaman Besi Meliputi Pengertian, Sejarah, Ciri, dan Peninggalannya
Ciri-ciri Zaman Megalitikum
- Masyarakatnya menggunakan dan meninggalkan kebudayaan yang terbuat dari batu besar
- Berkembang dari zaman neolitikum hingga zaman perunggu
- Masyarakatnya mengenal kepercayaan animisme
- Masyarakatnya mengenal teknik bercocok tanam dan beternak
- Masyarakatnya menerapkan tradisi gotong royong
Kehidupan Zaman Megalitikum
1. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial ini udah ada sejak zaman neolitikum sampai dengan zaman perunggu.
Manusia pada zaman megalitikum ini udah bisa membuat dan meninggalkan kebudayaan di zaman batu besar.
2. Kehidupan Kebudayaan
Megalitikum meninggalkan kebudayaan yang cukup unik dan menarik. Bahkan di zaman modern sekarang ini, kita masih bisa menemui kebudayaan tersebut.
Hal terebut disebabkan adanya suku di Indonesia yang masih tetap melestarikan kebudayaan yang ada di masa atau zaman megalitikum.
Contohnya: Bangunan dengan batu yang berundak, hal tersebut sama dengan peninggalan yang ada di zaman ini yang disebut pundek berundak.
Ada beberapa temuan tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut ini:
- Kapak persegi
- Kapak lonjong
- Menhir
- Dolmen
- Kubur batu
- Waruga
- Sarkobagus
- Puden berudak-undak
- Arca – arca.
3. Kehidupan Ekonomi
Pada kehidupan ekonomi ini, alat – alat yang dipakai pada zaman megalitikum yaitu berbahan dasar dari batu.
4. Kehidupan Kepercayaan
Pada kehidupan kepercayaan ini, mulai berinisiatif buat mendirikan bangunan batu yang berukuran besar atau megalitik sebagai tempat beribadah.
Budaya megalitik inilah yang menjadi ciri khas asli dari nenek moyang Indonesia, sebelum menerima pengaruh dari Hindu, Islam, serta Kolonial.
Manusia Pendukung Zaman Megalitikum
Ada beberapa jenis manusia pendukung yang hidup pada zaman megalitikum, diantaranya yaitu:
- Meganthropus paleojavanicus (Manusia berukuran besar dan jalannya tegak)
-
Pithecanthropus (Manusia kera) dan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
- Pithecanthropus erectus (Manusia kera yang jelannya tegak atau tegap)
- Pithecanthropus mojokertensis (Manusia kera yang berasal dari Mojokerto)
- Pithecanthropus soloensis (Manusia kera yang berasal dari Solo).
Peninggalan Zaman Megalitikum
Zaman megalitikum sejatinya merupakan periode dimana teknologi dan kebudayaan manusia sudah jauh lebih maju dibandingkan dengan awal-awal zaman batu.Kemajuan teknologi dan kebudayaan ini menghasilkan beberapa peninggalan sejarah yang identik dengan kebudayaan megalitikum yang antara lain adalah
Punden Berundak
Punden Berundak adalah salah satu hasil kebudayaan megalitikum di Indonesia yang bentuknya sangat unik. Bangunan ini berbentuk seperti sebuah susunan batu yang memiliki beberapa tingkatan.Umumnya, bangunan ini digunakan sebagai tempat pemujaan kepada roh-roh leluhur dan juga nenek moyang.Seperti namanya, Punden Berundak ini terdiri dari tiga tingkat dan terdapat arti yang menarik pada setiap tingkatannya.Pada tingkatan pertama memiliki arti kehidupan saat berada di kandungan sang ibu, kedua adalah lambang kehidupan di dunia dan tingkat yang terakhir yaitu ketiga adalah lambang kehidupan selanjutnya setelah mati.Punden Berundak banyak ditemukan di Pulau Jawa dan kelak akan mempengaruhi bentuk candi-candi yang dibangun di seluruh wilayah Indonesia.
Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang pada ujung-ujungnya terdapat tonjolan. Dari hasil pengamatan di lapangan, temuan sarkofagus memiliki berbagai jenis bentuk dan tipe dengan bentuk dan ornamen yang berbeda. ada yang memiliki motif seperti kepala manusia dengan rambut panjang, ada yang berbentuk kepala manusia memiliki sanggul, bentuk wajah menyeramkan, dan semua bentuk tersebut terdapat patung pria di bawah dagunya dan patung wanita di belakangnya. Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa nenek moyang kita terdahulu telah meiliki nilai seni yang tinggi yang dapat menciptakan sesuatu yang memiliki nilai jual tinggi. Ukuran bangunan kubur batu ini juga bervariasi, panjang berkisar antara 148 cm- 307 cm, lebar 60 cm – 125 cm, tinggi 96 cm – 180 cm.
Menurut kepercayaan masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis atau gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam. Sarkofagus paling banyak ditemukan di daerah Bali. Sarkofagus seperti juga dolmen adalah sebagai peti mayat dari batu. Di dalmnya ditemukan tulang-tulang manusia bersama dengan bekal kuburnya periuk-periuk, beliung persegi, perhiasan dari perunggu dan besi. Di Bali sarkofagus dianggap sebagai benda keramat.
Sarkofagus di bali pada umunya berukuran kecil (antara 80-140 cm) dan ada pula beberapa yang berukuran besar yaitu lebih dari 2 meter. Sebagai seorang peneliti Soejono berhasil membuat klasifikasi dan tipologi sarkofagus-sarkofagus yang ditemukan di seluruh Bali. Berdasarkan penelitiannya yang dilakukan sejak tahun 1960, dapat dipastikan bahwa sarkofagus di Bali berkembang pada masa manusia sudah mengenal bahan logam, mengingat benda-benda bekal kuburnya yang terdapat di dalamnya kebanyakan dibuat dari perunggu.
Soejono membagi sarkofagus Bali atas tiga tipe, yaitu Tipe A, Tipe B, dan Tipe C. Tipe A berukuran kecil (dengan variasi 80-148 cm) serta bertonjolan di bagian depan dan dibidang bagian belakang wadah dan tutup; tipe B berukuran sedang (dengan variasi antara 150-170 cm), tanpa tonjolan; tipe C berukuran besar (dengan variasi 200-268 cm), bertonjolan di tiap-tiap bidang wadah dan tutup. Sesuai dengan batas-batas daerah perkembangan tiap-tiap tipe, oleh Soejono tipe A disebut tipe Bali, tipe B disebut tipe Cacang, dan tipe C disebut tipe Manuaba. Atas dasar pengamatan bahwa tipe A ditemukan tersebar disebagian besar pulau Bali, tipe B banyak ditemukan di daerah pengunungan Bali Tengah terutama disekitar Cacang, dan tipe C banyak ditemukan di daerah Manuaba.
Profesor Raden Panji Soejono (lahir 1926) adalah seorang arkeolog Indonesia. Dia pensiun sebagai direktur dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Arkenas) pada tahun 1987. Pada awal karirnya, pada tahun 1956, ia menjabat sebagai Kurator Prasejarah di Museum Nasional Indonesia. Dia menerima gelar Extraordinarius Profesor di Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada, dan Doktor Onoris Causa di Aix-Marseille University. Pada tahun 1990, ia dianugerahi Chevalier de l’Ordre des Arts et Lettres.
Menhir
Menhir merupakan sebuah batu tunggal besar yang bentuknya menyerupai tugu atau tiang.Batu besar ini biasanya digunakan sebagai penanda tempat suci atau sebagai objek memorial terhadap arwah nenek moyang. Oleh karena itu, menhir berperan penting dalam kehidupan spiritual masyarakat pada saat itu.Peninggalan bersejarah ini banyak ditemukan di daerah Rembang, Jawa tengah, Pasemah dan Lahat, Sumatera Selatan serta di sekitar wilayah Ngada, Flores.
Arca
Salah
satu peninggalan kebudayaan zaman megalitikum yang masih bisa ditemui
di Indonesia yaitu Patung Batu atau biasa disebut dengan arca.Arca
merupakan sebuah patung batuan yang umumnya berbentuk manusia atau
hewan. Batuan tersebut digunakan untuk aktivitas spiritual seperti
pemujaan terhadap roh leluhur.Peninggalan ini banyak ditemukan di daerah Sulawesi Selatan tepatnya di Lembah Bada Lahat dan Pasemah di Sumatera Selatan.
Waruga
Kubur Batu Waruga dari daerah Minahasa juga memiliki cirri khas tersendiri. Waruga berasal dari dua kata, yaitu waru dan ruga. Dalam bahasa Minahasa, waru artinya rumah dan ruga artinya badan. Jadi, waruga berarti rumah tempat badan yang akan kembali ke surga. Bentuk Waruga kebanyakan berupa kotak batu dengan tutupnya yang berbentuk segitiga. Mirip bangunan rumah sederhana. Hanya sedikit Waruga yang berbentuk bulat atau segi delapan. Waruga dibuat dari batu utuh yang besar. Berat sebuah Waruga bisa mencapai 100 kg hingga 400 kg. Beberapa Waruga, terutama yang berasal dari daerah Tonsea, diukir dengan gambar relief. Gambar relief itu menunjukkan profesi atau pekerjaan orang tersebut semasa hidupnya.
Kuburan Batu
Hampir sama dengan sarkofagus, kuburan batu ini juga berfungsi untuk menyimpan jenazah. Namun, bentuknya sedikit berbeda jika dibandingkan dengan sarkofagus.Kuburan batu ini terdiri dari enam papan batu, dua batu untuk sisi lebar, dua batu untuk sisi panjang dan bagian lain untuk lantaiKuburan Batu ini banyak ditemui di sekitar wilayah Cepu di Jawa Tengah, Wonosari di Yogyakarta, Bali, Cirebon di Jawa Barat serta Pasemah di Sumatera Selatan.
Dolmen
Dolmen merupakan meja besar yang dipakai sebagai tempat sesaji dan juga buat pemujaan terhadap roh nenek moyang.Peninggalan berupa dolmen ini mempunyai fungsi sebagai penutup sarkofagus.Dolmen ini banyak sekali ditemukan di daerah Besuki, Jawa Timur dan juga dikenal sebagai pandhusa.
Baca Juga: Zaman Perunggu Meliputi Pengertian, Sejarah, Ciri, dan Contoh Peninggalannya Secara Lengkap
Penelusuran terkait
- kehidupan zaman megalitikum ditandai dengan
- peninggalan zaman megalitikum dan fungsinya
- ciri bentuk peninggalannya zaman megalitikum adalah
- fungsi batu besar pada zaman megalitikum adalah
- peninggalan zaman megalitikum beserta gambarnya
- keadaan pada zaman megalitikum
- dolmen merupakan salah satu hasil peradaban zaman megalitikum yang berfungsi sebagai
- keadaan alam zaman megalitikum
Post a Comment for "Zaman Megalitikum Meliputi Pengertian, Sejarah, Ciri, dan Peninggalannya Secara Lengkap"