Pengertian Demokrasi terpimpin Meliputi Ciri, Pelaksanaan dan Dampak Demokrasi Terpimpin Secara Lengkap
Indonesia di Masa Demokrasi Terpimpin |
Pengertian Demokrasi terpimpin
Demokrasi terpimpin, juga disebut demokrasi terkelola, adalah istilah untuk sebuah pemerintahan demokrasi dengan peningkatan otokrasi dan menjadi bagian dari perkembangan demokrasi di Indonesia. Pemerintahan negara dilegitimasi oleh pemilihan umum yang walaupun bebas dan adil, digunakan oleh pemerintah untuk melanjutkan kebijakan dan tujuan yang sama . Atau, dengan kata lain, pemerintah telah belajar untuk mengendalikan pemilihan umum sehingga pemilih dapat melaksanakan semua hak-hak mereka tanpa benar-benar mengubah kebijakan publik. Walaupun mengikuti prinsip-prinsip dasar demokrasi, dapat timbul penyimpangan kecil terhadap otoritarianisme. Dalam demokrasi terpimpin, pemilih dicegah untuk memiliki dampak yang signifikan terhadap kebijakan yang dijalankan oleh negara melalui pengefektifan teknik kinerja humas yang berkelanjutan.
Istilah ini digunakan sebagai referensi untuk periode politik tertentu di Indonesia. Akhir-akhir ini istilah ini juga banyak digunakan dalam Rusia, di mana ia diperkenalkan ke dalam praktik umum oleh pemikir dari anggota Kremlin, khususnya Gleb Pavlovsky.
Istilah ini digunakan sebagai referensi untuk periode politik tertentu di Indonesia. Akhir-akhir ini istilah ini juga banyak digunakan dalam Rusia, di mana ia diperkenalkan ke dalam praktik umum oleh pemikir dari anggota Kremlin, khususnya Gleb Pavlovsky.
Secara singkat demokrasi terpimpin ini
disebut-sebut sebagai salah satu pemerintahan yang meningkatkan otokrasi
dimana kekuasaan tertinggi berada pada pemimpin negara.Maka tidak
jarang demokrasi terpimpin ini mengakibatkan adanya penyimpangan pada
otoritarianisme dalam kehidupan bermasyrakat. Namun di lain sisi,
pengertian demokrasi terpimpin ini memberikan wadah bagi masyarakat
untuk menuangkan hak dan kewajiban mereka. Salah satu bentuk demokrasi
terpimpin yang terjadi dalam masyarakat adalah adanya pemilihan umum
yang berlandaskan ‘luber judril’. Pemilu sebagai cara yang dilegitinasi
negara dapat digunakan pemerintah dalam melanjutkan kebijakan baik yang
sudah berlangsung atau tengah berlangsung dalam pemerintahan. Sehingga
tujuan masyrakat masih dalam porsi yang sama.
Musyawarah dan mufakat dalam sistem
demokrasi terpimpin merupakan kunci agar demokrasi ini berjalan dengan
baik.Aspirasi masyarakat patut dipertimbangkan untuk melihat seberapa
besar keputusan dapat diambil oleh pemerintah. Menurut Presiden
Soekarno, masyarakat harys yakin terhadap pokok demokrasi terpimpin yang
berlandaskan pemerintahan rakyat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan
dalam permusyawaratan perwakilan dalam sila keempat. Artinya,
pemerintahan tidak berkuta pada komando perorangan saja tetapi turut
memperhatikan musyawarah dalam masyarakat.Jika menurut anda pengertian demokrasi terpimpin
belum berjalan dengan baik pada saat itu, bisa jadi terdapat faktor dan
kendala yang melintang seperti halnya faktor legislatif dan eksekutif
yang masih memiliki banyak kekurangan dalam menjalankan pemerintahan.
Baca Juga: Pengertian Hukum Adat, Sejarah, Ciri Hukum Adat, Perbandingan dan Sistem yang Mengikatnya
Kenapa Demokrasi Terpimpin?
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi dicetuskannya sistem demokrasi
terpimpin. Dari segi keamanan sosial, saat itu Indonesia menghadapi
banyak gerakan separatis di masa demokrasi liberal. Gerakan-gerakan
tersebut mengakibatkan ketidakstabilan negara.
Selain itu, pergantian kabinet terjadi berulang kali di masa
demokrasi liberal, sehingga program-program yang telah dirancang tidak
dapat dijalankan dengan penuh. Akibatnya, pembangunan ekonomi pun tidak
berlangsung dengan lancar. Konstituante juga gagal menyusun
Undang-Undang Dasar yang baru untuk menggantikan UUDS 1950.
Demokrasi terpimpin diawali oleh anjuran Presiden Soekarno untuk
menggantikan UUDS 1950 kembali ke UUD 1945. Karena usulan tersebut
mengundang pro-kontra di kalangan anggota konstituante, diadakanlah
pemungutan suara. Hasilnya, 269 orang setuju untuk kembali ke UUD 1945,
sementara 199 orang tidak setuju untuk kembali ke UUD 1945.
Namun, hasil pengumpulan suara tidak dapat dijalankan karena anggota
yang menyetujui usulan Presiden Soekarno tidak mencapai 2/3 bagian,
seperti yang telah ditetapkan pada pasal 137 UUDS 1950. Karena itu,
Presiden Soekarno mengeluarkan Dekret Presiden 5 Juli 1959 yang berisi:
- Tidak berlaku kembali UUDS 1950,
- berlakunya UUD 1945,
- dibubarkannya konstituante,
- pembentukan MPRS dan DPAS.
Kalau begitu, apa yang membedakan demokrasi terpimpin dengan sistem demokrasi lainnya?
Salah satu ciri demokrasi terpimpin yang paling dominan adalah
kekuasaan presiden yang mendominasi. Demokrasi jenis ini menempatkan
presiden di atas kekuasaan segalanya di pemerintahan Indonesia. Hal ini
menjadi pemicu terjadinya kesenjangan yang berlangsung di Indonesia saat
itu. Akibatnya, presiden yang memiliki kekuasaan tertinggi dapat dengan
mudah menyingkirkan pihak yang ia anggap tidak sejalan atau
bertentangan di bidang politik.
Ciri-Ciri Demokrasi Terpimpin
1. Kekuasaan Presiden
Pada
sistem demokrasi terpimpin, presiden berperan sebagai penguasa
tertinggi di dalam suatu negara. Di Indonesia sistem pemerintahan ini
diberlakukan pada 5 Juli 1959, dimana negara Indonesia berada di bawah
pemerintahan Presiden Soekarno kala itu.
Dengan
berlakukan sistem demokrasi terpimpin, presiden Soekarno pada masa itu
dapat mengubah berbagai peran dari wakil rakyat yang dianggap tidak
sejalan dengan kehendaknya, khususnya di bidang politik.
2. Peran Partai Politik Terbatas
Pada
masa berlakunya sistem demokrasi terpimpin, peran partai politik
menjadi sangat terbatas. Keberadaan partai politik seolah-olah hanya
untuk menjadi pendukung berbagai kebijakan presiden Soekarno.
3. Peran Militer Semakin Besar
Pada
masa demokrasi terpimpin, peran militer di Indonesia sangat kuat. Masa
itu militer memiliki dua fungsi (dwifungsi), yaitu sebagai garda
pertahanan negara dan juga berperan pada pemerintahan. Kuatnya peran
militer pada pemerintahan ternyata mengakibatkan kekacauan politik di
Indonesia.
4. Paham Komunisme Berkembang
Pada
masa itu, hubungan antara Presiden Soekarno dengan Partai Komunis
Indonesia (PKI) semakin baik. Dukungan PKI terhadap Presiden Soekarno
dimanfaatkan dengan baik sehingga paham komunisme berkembang pesat pada
masa itu.
5. Anti Kebebasan Pers
Pers
yang memiliki peran sebagai penyambung suara rakyat pada sistem politik
dibatasi oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah terhadap pers tersebut
membuat sebagian besar media menutup diri dan tidak berani mengedarkan
berita karena adanya ancaman dicekal.
6. Sentralisasi Pemerintah Pusat
Sistem
demokrasi terpimpin menimbulkan ketidakadilan, salah satunya adalah
pemerintahan yang dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah pusat. Peran
partai politik semakin tidak jelas dalam pemerintahan sehingga
menimbulkan kekacauan.
7. Terjadi Pelanggaran HAM
Kebebasan
pers yang terkekang, sentralisasi pemerintah pusat, dan peran militer
yang sangat besar berdampak pada meningkatnya tindakan semena-mena
terhadap masyarakat. Pelanggaran HAM sering dilakukan oleh pemerintah jika menemukan masyarakat yang menentang kebijakan pemerintah.
Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
Pada
demorkasi terpimpin ini terdapat beberapa peristiwa penting di dalamnya
yang terkandung pada proses pelaksanaan demokrasi terpimpin ini.
Informasi selengkapnya ada di bawah ini :
- Dibentuknya MPRS (sekarang menjadi MPR)
Peristiwa
pertama yang terjadi pada pelaksanaan demorasi terpimpin adalah
dibentuknya MPRS. Ini juga meru pakan salah satu ciri-ciri dari negara
demokrasi dan juga faktor yang mendukung adanya perkembangan politik
masa Demokrasi Liberal di masa lalu
- Dibentuknya DPAS (sekarang menjadi DPR)
Untuk
lebih mendukung demokrasi rakyat, dibentuk lah lembaga negara yang
baru, yaitu DPAS. Lembaga ini juga di bentuk berdasarkan PERpres yang
ada, yaitu No.3 Tahun 1959, yang diketuai oleh Presiden dan diwakili
oleh Insinyur Djuanda.
- Dibentuknya Kabinet Kerja
Karena
pada demokrasi sebelumnya ada pergantian kabinet pada masa Demokrasi
Liberal, maka dengan itu Presiden membentuk kembali suatu kabinet kerja
yang diketaui oleh beliau. Namun sempat terdapat kebingungan karena
tidak adanya wakil. Pada Kaibnet Kerja ini ada suatu program kerja yang
dinamakan Tri Program.
- Front Nasional Dibentuk
Untuk
mencegah adanya konflik-konflik sesama bangsa Indonesia yang ada pada
dampak negatif konflik dan ditemukan di era sekarang ini seperti pada
penyebab perang Aceh dan penyebab konflik Ambon, diperlukan gerakan
untuk menyatukan semuanya, yaitu Front Nasional. Tujuan dari Front
Nasional adalah untuk menyatukan kekuatan Indonesia
- Dewan Perancang Nasional atau Depernas
Salah
satu wujud dari pengendalian konflik sosial yaitu dengan menyiapkan
pembangunan Nasional yang dimulai dengan membentuk sebuah Undang-Undang
dan mengawasi pelaksanaannya. Pada tahun 1963, Depernah ini berganti
nama menjadi Beppenas yaitu Badan Perancang Pembangunan Nasional.
- Dibentuknya DPR-GR
Pada
tahun 1955, DPR sempat memberontak kepada Presiden dengan bentuk
penolakan RAPBN 1960 yang mana diajukan oleh Pemerintah. Menanggapi hal
tersebut, Presiden memutuskan untuk membubarkan DPR dan menggantinya
dengan DPR, lembaga sama dengan imbuhan Gotong Royong dibelakangnya.
- Masyumi dan PSI Dibubarkan
Merupakan
kelemahan Sistem Parlementer yaitu mudah terpangaruh dan mempengaruhi
organisasi lainnya. Itulah mungkin sebab dibubarkannya kedua partai
politik ini
- Dibebaskannya Irian Barat
Meskipun
ada dampak positif dan negatif , tentunya yang paling kita nikmati
adalah dampak positifnya. Pada era demokrasi terpimpin ini, terdapat
salah satu peristiwa penting yaitu dibebaskannya Irian Barat.
Politik Luar Negeri Masa Demokrasi Terpimpin
Politik
luar negeri masa Demokrasi Terpimpin lebih condong ke blok Timur.
Indonesia banyak melakukan kerja sama dengan negara-negara blok komunis,
seperti Uni Soviet, RRC, Kamboja, maupun Vietnam. Berikut ini beberapa
contoh pelaksanaan politik luar negeri masa Demokrasi Terpimpin.
- Oldefo dan Nefo
Oldefo (The Old Established Forces), yaitu dunia lama yang sudah mapan ekonominya, khususnya negara-negara Barat yang kapitalis. Nefo (The New Emerging Forces), yaitu negara-negara baru. Indonesia menjauhkan diri dari negara-negara kapitalis (blok oldefo) dan menjalin kerja sama dengan negara-negara komunis (blok nefo). Hal ini terlihat dengan terbentuknya Poros Jakarta – Peking (Indonesia – Cina) dan Poros Jakarta – Pnom Penh – Hanoi – Peking – Pyongyang ( Indonesia – Kamboja – Vietnam Utara – Cina – Korea Utara).
- Konfrontasi dengan Malaysia
Pada tahun 1961 muncul rencana pembentukan negara Federasi Malaysia yang terdiri dari Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah. Rencana tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno karena dianggap sebagai proyek neokolonialisme dan dapat membahayakan revolusi Indonesia yang belum selesai. Keberatan atas pembentukan Federasi Malaysia juga muncul dari Filipina yang mengklaim daerah Sabah sebagai wilayah negaranya.
Pada
tanggal 9 Juli 1963 Perdana Menteri Tengku Abdul Rahman menandatangani
dokumen tentang pembentukan Federasi Malaysia. Kemudian, tanggal 16
September 1963 pemerintah Malaya memproklamasikan berdirinya Federasi
Malaysia. Menghadapi tindakan Malaysia tersebut, Indonesia mengambil
kebijakan konfrontasi. Pada tanggal 17 September 1963 hubungan
diplomatik antara dua negara putus. Selanjutnya pada tanggal 3 Mei 1964
Presiden Soekarno mengeluarkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora), isinya:
- perhebat ketahanan revolusi Indonesia, dan
- bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak, Sabah, dan Brunei untuk memerdekakan diri dan menggagalkan negara boneka Malaysia.
Di
tengah situasi konflik Indonesia – Malaysia, Malaysia dicalonkan
sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Masalah ini mendapat
reaksi keras dari Presiden Soekarno. Namun akhirnya Malaysia tetap
terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Terpilihnya
Malaysia tersebut mendorong Indonesia keluar dari PBB. Secara resmi
Indonesia keluar dari PBB pada tanggal 7 Januari 1965.
Sistem
demokrasi terpimpin ini diambil oleh Presiden Soekarno karena alas an
bahwa pada saat demokrasi liberal rakyat Indonesia belum siap menerima
kebebasan berpolitik sehingga hasilnya hanya akan mengancam integrasi
NKRI sehingga rakyat Indonesia pada saat itu harus dipimpin dalam
berdemokrasi yang disebut dengan system demokrasi Terpimpin yang juga
memulai pemerintahan otoriter presiden Soekarno. Pada saat ini kebebasan
berpolitik sangat terkekang. Dengan kekuasaan Negara yang berpusat di
tangan Presiden Soekarno, semua sector politik dikendalikan olehnya.
Banyak penyimpangan yang dilakukan oleh Presiden Soekarno dalam pemerintahan otoriternya ini, diantaranya adalah:
- Ketua MPRS ada yang diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi menteri Negara, sehingga ini mengindikasikan bahwa MPR sebagai pemegang kekuasaan legislatif tidak berfungsi dan bahkan MPR menjadi pembantu presiden yang sebagai kedudukannya sebagai menteri itu.
- Pembubaran DPR resmi yang terbentuk dari hasil Pemilu 1955 yang diakibatkan karena DPR tidak menyetujui RAPBN yang diajukan pemerintah sehingga Presiden Soekarno membubarkan DPR pada tahun 1960 yang digantikan oleh DPRGR yang merupakan DPR bentukan Presiden Soekarno yang hak budgetnya tidak berfungsi selama Presiden Soekarno berkuasa.
- Pengangkatan presiden seumur hidup dengan tap MPRS no 3/MPRS/1963 yang bertentangan dengan UUD 1945 yang menerangkan bahwa jabatan presiden selama 5 tahun dan dapat dipilih kembali.
- Pembentukan politik poros-porosan yang menyalahi politik luar negeri Indonesia yaitu politik bebas aktif. Ini antaranya dengan pembentukan poros Jakarta-Beijing, Jakarta-Pyong yang, Jakarta-Hanoi, dll.
- Konfrontasi dengan Malaysia. Yang disebabkan dengan pembentukan Negara serikat Malaysia oleh Inggris yang dianggap dapat membahayakan posisi Indonesia oleh Inggris.
- Keluarnya Indonesia dari PBB pada 7 Januari 1965 yang diakibatkan oleh dipilihnya Malaysia menjadi dewan keamanan tidak tetap PBB.
Hal-hal
tersebut memuncak dengan diadakannya kudeta oleh pasukan Cakrabirawa
atau pasukan pengawal Presiden yang dimotori oleh PKI pada tanggal 30
September 1965. Kudeta itu melancarkan penculikan terhadap
jendral-jendral TNI yang dianggapnya dapat merintangi jalannya untuk
merebut kekuasaan. Tetapi dengan kesaktian Pancasila dan TNI yang masih
setia kepada Pancasila, pemberontakan itu dapat ditumpas sehingga
keutuhan NKRI masih dapat terjaga.
Dampak Demokrasi Terpimpin
Sebagai
suatu sistem demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia, sistem
demokrasi terpimpin memilki beberapa dampak bagi masyarakat luas.Adapun dampak-dampak tersebut bisa berupa dampak positif maupun dampak negatif, yang mana di antaranya ialah sebagai berikut.
1. Dampak positif
- Negara Indonesia terhindar dari adanya perpecahan, pertikaian dan krisis yang tidak berkesudahan.
- Negara Indonesia dapat mengembalikan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai pedoman guna menjalankan pemerintahan.
- Adanya sistem demokrasi yang dicetuskan oleh presiden pertama Republik Indonesia tersebut menjadi awal terbentuknya beberapa lembaga tinggi negara seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).
2. Dampak negatif
- Terdapatnya penyalahgunaan terhadap kekuasaan oleh Presiden, anggota MPR dan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya karena mempunyai kekuasaan yang besar.
- Pemberlakuan dua fungsi atau dwifungsi militer sehingga militer bisa ikut berpolitik.
Sejatinya,
tiap-tiap sistem demokrasi yang ada di Indonesia senantiasa mempunyai
dampak positif maupun negatif dalam penerapannya di negara tersebut.
Penelusuran yang terkait dengan Pengertian Demokrasi Terpimpin
- rangkuman demokrasi terpimpin
- pengertian demokrasi terpimpin menurut pancasila
- tujuan demokrasi terpimpin
- pelaksanaan demokrasi terpimpin
- dampak demokrasi terpimpin
- contoh demokrasi terpimpin
- sebutkan kebijakan yang diterapkan oleh presiden soekarno pada masa demokrasi terpimpin
- ciri ciri demokrasi terpimpin
Post a Comment for "Pengertian Demokrasi terpimpin Meliputi Ciri, Pelaksanaan dan Dampak Demokrasi Terpimpin Secara Lengkap"