Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia Beserta Penjelasannya Secara Lengkap
Indonesia mulai
berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang
dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh
seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke
Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir
dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan
sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok
yakni musafir Budha Pahyien.
Pada
abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha,
yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan
Sunda sampai abad ke-16.
Pada
masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit.
Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan
Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah
Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibu kotanya Palembang sekitar tahun 670.
Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa
Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah
kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara
tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas
wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir
seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk
kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat
dalam wiracarita Ramayana.
Masuknya
ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan
bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatra
dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara
perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus
menandai akhir dari era ini.
Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia Beserta Penjelasannya Secara Lengkap
1.Kerajaan Kutai
a. Letak kerajaan
Kerajaan Kutai berdiri pada abad ke-5 M di Lembah Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Nama Kutai
diambil dari nama daerah tempat ditemukannya prasasti Kutai. Wujud prasastinya berupa tujuh buah tugu batu besar yang disebut yupa. Ketujuh yupa ini merupakan sumber sejarah Kutai. Fungsi yupa sesungguhnya adalah tugu batu untuk menambatkan lembu kurban. Aksara yang dipahatkan pada yupa berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh penguasa Kutai bernama Mulawarman. Mulawarman adalah orang Indonesia asli. Kakeknya, Kudungga, masih menggunakan nama asli Indonesia.
Kerajaan Kutai berdiri pada abad ke-5 M di Lembah Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Nama Kutai
diambil dari nama daerah tempat ditemukannya prasasti Kutai. Wujud prasastinya berupa tujuh buah tugu batu besar yang disebut yupa. Ketujuh yupa ini merupakan sumber sejarah Kutai. Fungsi yupa sesungguhnya adalah tugu batu untuk menambatkan lembu kurban. Aksara yang dipahatkan pada yupa berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh penguasa Kutai bernama Mulawarman. Mulawarman adalah orang Indonesia asli. Kakeknya, Kudungga, masih menggunakan nama asli Indonesia.
b. Sumber sejarah
Prasasti Kutai menyebutkan silsilah raja-raja Kutai dengan raja terbesarnya adalah Mulawarman. Bunyi prasasti tersebut sebagai berikut. "Sang Maharaja Kudungga yang amat mulia, mempunyai putra mahsyur, Sang Aswawarman namanya, yang seperti Ansuman (dewa matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman mempunyai putra tiga, seperti Api (yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra ialah Sang Mulawarman raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri (selamatan) emas amat banyak. Buat peringatan kenduri itulah tugu batu didirikan oleh para brahmana."
c. Kehidupan agama
Berdasarkan silsilahnya, dapat dipastikan bahwa Kudungga belum menganut Hindu dan masih mempertahankan budaya asli Indonesia. Adapun Aswawarman telah mulai mengenal Hindu, dapat dilihat dari namanya. Ia dianggap sebagai Wamsakarta (pendiri keluarga raja). Budaya Hindu ini diperoleh dari India. Pada zaman Aswawarman dikenal upacara Vratyastoma, yaitu upacara pencucian diri (pemberian kasta) yang diadakan setiap kali ada orang Indonesia masuk agama Hindu. Pentingnya pengaruh brahmana di Kutai menunjukkan dominasi pengaruh agama Syiwa yang tampak dalam upacara kurban.
d. Kehidupan ekonomi dan sosial
Tidak banyak yang kita ketahui tentang kehidupan ekonomi masyarakat Kutai, namun dari banyaknya persembahan yang diberikan raja dapat disimpulkan bahwa ekonomi negara Kutai cukup baik. Hal ini ditunjang letaknya di tepi sungai dan kemampuan dagang serta pelayaran. Kondisi sosial masyarakat Kutai pada abad ke-5 sudah teratur dan telah berbentuk sebuah kerajaan besar. Ini mengubah kebiasaan berorganisasi masyarakat pada saat ituyang semula bersifat kesukuan menjadi kerajaan. Artinya, kehidupan sosial masyarakat Kutai sudah berkembang dan dinamis.
2. Kerajaan Tarumanegara
a. Letak kerajaan
Berdasarkan catatan dalam berbagai prasasti, Kerajaan Tarumanegara berdiri di Jawa Barat pada akhir abad ke-5. Wilayah Tarumanegara meliputi hampir seluruh Jawa Barat, tepatnya dari sekitar Banten – Jakarta sampai Cirebon.
Berdasarkan catatan dalam berbagai prasasti, Kerajaan Tarumanegara berdiri di Jawa Barat pada akhir abad ke-5. Wilayah Tarumanegara meliputi hampir seluruh Jawa Barat, tepatnya dari sekitar Banten – Jakarta sampai Cirebon.
b. Sumber sejarah
Sumber-sumber sejarah yang membuktikan keberadaan Kerajaan Tarumanegara
sebagai berikut.
- Berita dari bangsa asing
Banyak berita dari bangsa asing yang mengungkap adanya Kerajaan Tarumanegara. Salah satu berita dari Claudius Ptolomeus. Dalam bukunya Geography, ahli ilmu bumi Yunani Kuno ini menyebutkan bahwa di Timur Jauh ada sebuah kota bernama Argyre yang terletak di ujung Pulau Iabadium (Jawadwipa = Pulau Jelai = Pulau Jawa). Kata Argyre berarti perak, diduga yang dimaksud adalah Merak yang terletak di sebelah barat Pulau Jawa. Kabar lainnya datang dari Gunawarman, seorang pendeta dari Kashmir yang
mengatakan bahwa agama yang dianut rakyat Taruma adalah Hindu. Berita dari Cina yang dibawa Fa Hsien dalam perjalanannya kembali ke Cina dari India menyebutkan bahwa rakyat di Ye-Po-Ti (Jawa = Taruma) sebagian besar beragama Hindu, sebagian kecil beragama Buddha dan Kitters (penyembah berhala). Adapun berita dari Soui (Cina) menyebutkan bahwa pada tahun 528 dan 535 datang utusan
dari Tolomo (Taruma) ke Cina.
mengatakan bahwa agama yang dianut rakyat Taruma adalah Hindu. Berita dari Cina yang dibawa Fa Hsien dalam perjalanannya kembali ke Cina dari India menyebutkan bahwa rakyat di Ye-Po-Ti (Jawa = Taruma) sebagian besar beragama Hindu, sebagian kecil beragama Buddha dan Kitters (penyembah berhala). Adapun berita dari Soui (Cina) menyebutkan bahwa pada tahun 528 dan 535 datang utusan
dari Tolomo (Taruma) ke Cina.
- Berita dari prasasti
Ada tujuh buah prasasti yang menjadi sumber sejarah keberadaan Tarumanegara. a) Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor) . b) Prasasti Pasir Kaleangkak . c) Prasasti Kebon Kopi . d) Prasasti Tugu . e) Prasasti Pasir Awi. f) Prasasti Muara Cianten . g) Prasasti Cidangiang (Lebak)
c.Runtuhnya Tarumanegara
Pada akhir abad ke-7, Tarumanegara tidak terdengar lagi kabar beritanya. Ada kemungkinan kerajaan ini ditaklukkan oleh Sriwijaya. Kemungkinan ini dapat kita ketahui dari sumber-sumber sejarah berikut.
Pada akhir abad ke-7, Tarumanegara tidak terdengar lagi kabar beritanya. Ada kemungkinan kerajaan ini ditaklukkan oleh Sriwijaya. Kemungkinan ini dapat kita ketahui dari sumber-sumber sejarah berikut.
- Dalam prasasti Kota Kapur disebutkan bahwa pada tahun 686, Sriwijaya menghukum bumi Jawa karena tidak taat kepada Sriwijaya.
- Sejak abad ke-7, Kerajaan Cina tidak pernah menyebut lagi adanya utusan yang datang dari dan ke Tarumanegara.
3.Kerajaan Holing
Suatu berita dari Cina pada masa dinasti Tang menyebutkan bahwa di Jawa ada suatu kerajaan yang bernama Holing atau Kaling, tepatnya di daerah Jawa Tengah dekat Jepara sekarang. Kerajaan ini menghasilkan penyu, emas, perak, cula, gading, dan orangorangnya pandai membuat minuman dari kelapa. Berita ini disampaikan oleh I-Tsing. Ia mengatakan bahwa pada tahun 664, pendeta Hwining dan pembantunya Yunki pergi ke Holing untuk mempelajari agama Buddha. Ia juga menerjemahkan kitab suci agama Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Cina dibantu pendeta Janabhadra dari Holing. Kitab terjemahan Hwining tersebut adalah bagian terakhir dari kitab Varinirvana yang mengisahkan tentang pembukaan jenazah Sang Buddha.
Kerajaan Holing diperintah oleh seorang raja wanita yang bernama Ratu Sima sejak tahun 674. Ia memerintah dengan keras dan menghendaki agar kejujuran dijunjung tinggi. Bahkan putranya sendiri dihukum potong kaki karena dituduh mencuri. Kota Kerajaan Holing dikelilingi pagar kayu. Ratunya hidup dalam istana yang bertingkat, atapnya dibuat dari daun rumbia. Singgasananya terbuat dari gading.
4. Kerajaan Kanjuruhan
Kerajaan Kanjuruhan merupakan kerajaan tertua di Jawa Timur. Berdiri sekitar tahun 760. Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui dari prasasti Dinoyo yang ditemukan di desa Dinoyo, barat laut Malang. Isi prasasti itu adalah kisah pendirian sebuah bangunan suci untuk pemujaan Dewa Agastya. Pendirinya adalah Raja Gajayana, putra Dewasimha. Raja ini mempunyai putri bernama Uttejana. Prasasti Dinoyo ditulis dengan huruf Jawa Kuno dan menggunakan bahasa Sanskerta. Bangunan suci yang disebutkan dalam prasasti tersebut sekarang dikenal sebagai candi Badut.
5. Kerajaan Melayu
Kerajaan Melayu adalah salah satu kerajaan tertua di Sumatra. Menurut berita Cina, ketika I-Tsing akan pergi ke India, selain singgah di Jawa ia juga singgah di Sumatra. Salah satunya adalah di Kerajaan Melayu. Namun, ketika pada tahun 692 ia kembali dari India dan singgah di Sumatra, Kerajaan Melayu telah ditaklukkan oleh Sriwijaya. Berita lain dari Cina menyebutkan bahwa pada tahun 644 datang utusan dari negeri Mo-lo-yeu ke Cina untuk membawa hasil bumi sebagai persembahan dan perkenalan. Bukti lain keberadaan Kerajaan Melayu adalah kitabNegarakertagamadanPararaton yang menyebutkan bahwa Raja Kertanegara (Singasari) mengirim pasukan tentaranya ke Melayu dalam Ekspedisi Melayu untuk mempererat persahabatan Singasari – Melayu dalam rangka menghadapi ancaman Cina yang saat itu dipimpin Kubhilai Khan. Dalam ekspedisi itu Raja Kertanegara mempersembahkan arca Buddha Amogapasa yang kemudian
ditempatkan di Dharmasraya. Pemberian ini membuat Raja Melayu, Sri Manliwarmadewa sangat senang.
ditempatkan di Dharmasraya. Pemberian ini membuat Raja Melayu, Sri Manliwarmadewa sangat senang.
Kerajaan Melayu sempat hilang dari pemberitaan dan baru muncul kembali sebagai kerajaan merdeka di masa pemerintahan Raja Adityawarman pada abad ke-14. Adityawarman adalah keturunan keluarga Majapahit yang sebelum menjadi raja di Melayu sempat menjabat sebagai Wredha Menteri (Menteri Tua) pada masa pemerintahan Tribhuwanatunggadewi. Sebagai raja, ia bergelar Aryadewa Rajapu Aditya. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Melayu mencapai kejayaan. Kekuasaannya sampai di Pagarruyung, Sumatra Barat, dan ibu kotanya dipindahkan ke Minangkabau sekarang. Salah satu peninggalannya adalah candi Muara Takus. Candi ini bercorak Buddha sebab Adityawarman adalah seorang penganut Buddha.
6. Kerajaan Tulangbawang
I-Tsing dalam beritanya juga menyebutkan adanya Kerajaan To-lang-po-hwang (Tulangbawang). Tidak ditemukan adanya bukti-bukti lain mengenai kerajaan ini, namun diyakini bahwa kerajaan ini terletak di daerah Lampung sekarang. Keberadaan kerajaan ini terdengar pada tahun 700 M. Keturunan masyarakat kerajaan ini adalah orang-orang suku Lampung yang menempati daerah sekitar Sungai Tulangbawang.
7. Kerajaan Sriwijaya
a. Letak kerajaan
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Buddha yang berdiri di Sumatra pada abad ke-7. Pendirinya adalah Dapunta Hyang. Kerajaan ini pernah menjadi kerajaan terbesar di Nusantara, bahkan mendapat sebutan Kerajaan Nasional I sebab pengaruh kekuasaannya mencakup hampir seluruh Nusantara dan negara-negara di sekitarnya. Letaknya sangat strategis. Wilayahnya meliputi tepian Sungai Musi di Sumatra Selatan sampai ke Selat Malaka (merupakan jalur perdagangan India – Cina pada saat itu), Selat Sunda, Selat Bangka, Jambi, dan Semenanjung Malaka.
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Buddha yang berdiri di Sumatra pada abad ke-7. Pendirinya adalah Dapunta Hyang. Kerajaan ini pernah menjadi kerajaan terbesar di Nusantara, bahkan mendapat sebutan Kerajaan Nasional I sebab pengaruh kekuasaannya mencakup hampir seluruh Nusantara dan negara-negara di sekitarnya. Letaknya sangat strategis. Wilayahnya meliputi tepian Sungai Musi di Sumatra Selatan sampai ke Selat Malaka (merupakan jalur perdagangan India – Cina pada saat itu), Selat Sunda, Selat Bangka, Jambi, dan Semenanjung Malaka.
b. Sumber-sumber sejarah
- Berita dari Cina
Dalam perjalanannya untuk menimba ilmu agama Buddha di India, I-Tsing pendeta dari Cina, singgah di Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) selama enam bulan dan mempelajari paramasastra atau tata bahasa Sanskerta. Kemudian, bersama guru Buddhis, Sakyakirti, ia menyalin kitab Hastadandasastra ke dalam bahasa Cina. Kesimpulan I-Tsing mengenai Sriwijaya adalah negara ini telah maju dalam bidang agama Buddha. Pelayarannya maju karena kapal-kapal India singgah di sana dan ditutupnya Jalan Sutra oleh bangsa Han. Buddhisme di Sriwijaya dipengaruhi Tantraisme, namun disiarkan pula aliran Buddha Mahayana. I-Tsing juga
menyebutkan bahwa Sriwijaya telah menaklukkan daerah Kedah di pantai barat Melayu pada tahun 682 – 685. Berita Cina dari dinasti Tang menyebutkan bahwa Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) adalah kerajaan Buddhis yang terletak di Laut Selatan. Adapun berita sumber dari dinasti Sung menyebutkan bahwa utusan Cina sering datang ke San-fo-tsi. Diyakini bahwa yang disebut San-fo-tsi itu adalah Sriwijaya.
menyebutkan bahwa Sriwijaya telah menaklukkan daerah Kedah di pantai barat Melayu pada tahun 682 – 685. Berita Cina dari dinasti Tang menyebutkan bahwa Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) adalah kerajaan Buddhis yang terletak di Laut Selatan. Adapun berita sumber dari dinasti Sung menyebutkan bahwa utusan Cina sering datang ke San-fo-tsi. Diyakini bahwa yang disebut San-fo-tsi itu adalah Sriwijaya.
- Berita dari Arab
Berita Arab menyebutkan adanya negara Zabag (Sriwijaya). Ibu Hordadheh mengatakan bahwa Raja Zabag banyak menghasilkan emas. Setiap tahunnya emas yang dihasilkan seberat 206 kg. Berita lain disebutkan oleh Alberuni. Ia mengatakan bahwa Zabag lebih dekat dengan Cina daripada India. Negara ini terletak di daerah yang disebut Swarnadwipa (Pulau Emas) karena banyak menghasilkan emas.
- Berita dari India
Prasasti Leiden Besar yang ditemukan oleh raja-raja dari dinasti Cola menyebutkan adanya pemberian tanah Anaimangalam kepada biara di Nagipatma. Biara tersebut dibuat oleh Marawijayattunggawarman, keturunan keluarga Syailendraang berkuasa di Sriwijaya dan Kataka. Prasasti Nalanda menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa dari Nalanda, India, telah membebaskan lima buah desa dari pajak. Sebagai imbalannya, kelima desa itu wajib membiayai para mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda. Hal ini merupakan wujud penghargaan sebab Raja Sriwijaya saat itu, Balaputradewa, mendirikan vihara di Nalanda. Selain itu, prasasti Nalanda juga menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa sebagai raja
terakhir dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa meminta kepada Raja Nalanda untuk mengakui hak-haknya atas dinasti Syailendra.
terakhir dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa meminta kepada Raja Nalanda untuk mengakui hak-haknya atas dinasti Syailendra.
- Berita dari dalam negeri
Sumber-sumber sejarah dalam negeri mengenai Sriwijaya adalah prasastiprasasti berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno.
- Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 605 Saka (683 M) ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang.
- Prasasti Talang Tuo berangka tahun 606 Saka (684 M) ditemukan di sebelah barat Pelembang.
- Prasasti Kota Kapur berangka tahun 608 Saka (686 M) ditemukan di Bangka. Prasasti ini menjadi bukti serangan Sriwijaya terhadap Tarumanegara yang membawa keruntuhan kerajaan tersebut, terlihat dari bunyi: "Menghukum bumi Jawa yang tidak tunduk kepada Sriwijaya."
- Prasasti Karang Berahi berangka tahun 608 Saka (686 M). Isi prasasti ini memperjelas bahwa secara politik, Sriwijaya bukanlah negara kecil, melainkan memiliki wilayah yang luas dan kekuasaannya yang besar. Prasasti ini juga memuat penaklukan Jambi.
- Prasasti Telaga Batu (tidak berangka tahun). Prasasti ini menyebutkan bahwa negara Sriwijaya berbentuk kesatuan dan menegaskan kedudukan putra-putra raja: Yuwaraja (putra mahkota), Pratiyuwaraja (putra mahkota kedua), dan Rajakumara (tidak berhak menjadi raja).
- Prasasti Ligor berangkat tahun 697 Saka (775 M) ditemukan di Tanah Genting Kra. Prasasti ini memuat kisah penaklukan Pulau Bangka dan Tanah Genting Kra (Melayu) oleh Sriwijaya
- Prasasti Palas Pasemah (tidak berangka tahun) ditemukan di Lampung berisi penaklukan Sriwijaya terhadap Kerajaan Tulangbawang pada abad ke-7.
Dari sumber-sumber sejarah tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, pendiri Kerajaan Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanegara yang berkedudukan di Minangatwan. Kedua, Raja Dapunta Hyang berusaha memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukkan wilayah di sekitar Jambi. Ketiga, Sriwijaya semula tidak berada di sekitar Pelembang, melainkan di Minangatwan, yaitu daerah pertemuan
antara Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri. Setelah berhasil menaklukkan Palembang, barulah pusat kerajaan dipindah dari Minangatwan ke Palembang.
antara Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri. Setelah berhasil menaklukkan Palembang, barulah pusat kerajaan dipindah dari Minangatwan ke Palembang.
- Kemunduran Sriwijaya
Pada akhir abad ke-13, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran yang disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
- Faktor geologis, yaitu adanya pelumpuran Sungai Musi sehingga para pedagang tidak singgah lagi di Sriwijaya.
- Faktor politis, yaitu jatuhnya Tanah Genting Kra ke tangan Siam membuat pertahanan Sriwijaya di sisi utara melemah dan perdagangan mengalami kemunduran. Di sisi timur, kerajaan ini terdesak oleh Kerajaan Singasari yang dipimpin Kertanegara. Akibat dari serangan ini, Melayu, Kalimantan, dan Pahang lepas dari tangan Sriwijaya. Desakan lain datang dari Kerajaan Colamandala dan Sriwijaya akhirnya benar-benar hancur karena diserang Majapahit.
- Faktor ekonomi, yaitu menurunnya pendapatan Sriwijaya akibat lepasnya daerahdaerah strategis untuk perdagangan ke tangan kerajaan-kerajaan lain
8.Kerajaan Mataram Kuno
Di
wilayah Jawa Tengah, pada sekitar abad ke-8, perkembangan sebuah
Kerajaan Mataram Kuno. Pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno disebut
Bhumi Mataram yang terletak di pedalaman Jawa Tengah. Daerah tersebut
memiliki banyak pegunungan dan sungai seperti Sungai Bogowonto, Sungai
Progo, dan Bengawan Solo. Pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno juga
sempat berpindah ke Jawa Timur. Perpindahan Kerajaan Mataram Kuno dari
Jawa Tengah ke Jawa Timur disebabkan oleh dua hal.
- Selama abad ke-7 sampai ke-9, terjadi serangan-serangan dari Sriwijawa ke Kerajaan Mataram Kuno. Besarnya pengaruh Kerajaan Sriwijaya itu menyebabkan Kerajaan Mataram Kuno semakin terdesak ke wilayah timur.
- Terjadinya Letusan Gunung Merapi yang dianggap sebagai tanda pralaya atau kehancuran dunia. Kemudian, letak kerajaan di Jawa Tengah dianggap tidak layak lagi untuk ditempati.
Dinasti Sanjaya
Prasasti
Canggal yang ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir memberikan
gambaran yang cukup jelas tentang kehidupan politik Kerajaan Mataram
Kuno. Prasasti ini bertuliskan tahun654 Saka atau 732, ditulis dengan
huruf Palawa yang menggunakan bahasa Sansekerta. Kerajaan Mataram Kuno
didirikan oleh Raja Sanna. Raja Sanna kemudian digantikan oleh
keponakannya Sanjaya.Masa
pemerintahan Sanna dan Sanjaya dapat kita ketahui dari deskripsi kitab
Carita Parahyangan. Dalam prasasti lain, yaitu Prasasti Balitung, Raja
Sanjaya dianggap sebagai pendiri Dinasti Sanjaya, penguasa Mataram Kuno.
Sanjaya dinobatkan sebagai raja pada tahun 717 dengan gelar Rakai
Mataram Sang Ratu Sanjaya. Kedududkan Sanjaya sangat kuat dan berhasil
menyejahterakan rakyat Kerajaan Mataram Kuno.
Sanjaya
menyebarkan pengaruh Hindu di pulau Jawa. Hal ini ditempuh dengan cara
mengundang pendeta-pendeta Hindu untuk mengajar di Kerajaan Mataram
Kuno. Raja Sanjaya juga mulai pembangunan kuil-kuil pemujaan berbentuk
candi. Stelah Raja Sanjaya meninggal, Kerajaan Mataram Kuno diperintah
oleh putranya yang bernama Rakai Panangkaran.
Pada
abad ke-9 terjadi penggabungan kedua dinasti tersebut melalui
pernikahan politik antara Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya dengan
Pramodawardhani (Putri Raja Samaratungga), dari keluarga Syailendra.
Namun, perkawinan antara Rakai Pikatan dengan Pramodawardhani tidak
berjalan lancer. Setelah Samaratungga wafat, Kekuasaan beralih kepada
Balaputradewa yang merupakan adik tiri dari Pramodawardhani. Menurut
beberapa Prasasti, seperti Prasasti Ratu Boko (856), menunjukkan telah
terjadinya perang saudara antara Rakai Pikatan dengan Balaputradewa.Berdasarkan
Prasasti Balitung, setelah Rakai Pikatan wafat, kerajaan Mataram Kuno
diperintah oleh Rakai Kayuwangi dibantu oleh sebuah dewan penasehat yang
juga jd pelaksana pemerintahan. Dewan yang terdiri atas lima patih yang
dipimpin oleh seorang mahapatih ini sangat penting perananya.
Raja
Mataram selanjutnya adalah Rakai Watuhumalang. Raja Mataram Kuno yang
diketahui kemudian adalah Dyah Balitung yang bergelar Sri Maharaja Rakai
Watukura Dyah Balitung Dharmodaya Maha Dambhu adalah Raja Mataram Kuno
yang sngat terkenal. Raja Balitung berhasil menyatukan kembali Kerajaan
Mataram Kuno dari ancaman perpecahan.
Dinasti Syailendra
Dinasti
Syailendra berkuasa didaerah Begelan dan Yogyakarta pada pertengahan
abad ke-8. Beberapa sumber sejarah tentang Dinasti Syailendra yang
berhasil ditemukan, antara lain prasasti Kalasan, Kelurak, Ratu Boko,
dan Nalanda. Prasasti Kalasan (778), menyebutkan nama Rakai Panangkaran
yang diperintahkan oleh Raja Wisnu, penguasa Dinasti Syailendra, untuk
mendirikan sebuah bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah vihara bagi
para pendeta.Rakai
Panangkaran kemudian memberikan Desa Kalasan kepada Sanggha Buddha.
Prasasti Ratu Boko (856), menyebutkan Raja Balaputradewa kalah dalam
perang saudara melawan kakaknya, yaitu Pramodhawardani. Kemudian, ia
melarikan diri ke Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Nalanda (860),
menyebutkan asal usul Raja Balaputradewa. Disebutkan bahwa Raja
Balaputradewa adalah putra dari Raja Samaratungga dan cucu dari Raja
Indra.
Pada
abad ke-8, Dinasti Sanjaya yang memerintah KerajaanMataram Kuno mulai
terdesak oleh dinasti Syailendra. Hal itu kita ketahui dari prasasti
Kalasan yang menyebutkan bahwa Rakai Panangkaran dari keluarga Sanjaya
diperintah oleh Raja Wisnu untuk mendirikan Candi Kalasan, sebuah candi
Buddha. Dinasti Syailendra muncul dalam sejarah Kerajaan Mataram Kuno
tidak lebih dari satu abad.Pengaruh
Dinasti Syailendra terhadap kerajaan Sriwijaya juga semakin kuat karena
Raja Indra menjalankan strategi perkawinan politik. Raja Indra
mengawinkan putranya yang bernama Samaratungga dengan salah seorang
putri Raja Sriwijaya Pengganti
Raja Indra adalah Raja Samaratungga. Pada masa kekuasaannya, dibangun
Candi Borobudur. Namun, sebelum Candi tersebut selesai dibangun, Raja
Samaratungga meninggal dunia, dalam sebuah perang saudara. Balaputradewa
kemudian melarikan diri ke Kerajaan Sriwijaya dan menjadi raja disana.
9.Kerajaan Medang Kemulan
Kerajaan
Medang kemulan diperkirakan terletak di Jawa Timur, tepatnya di muara
Sungai Brantas. Ibu kota Medang Kemulan adalah Watan Mas. Kerajaan ini
didirikan oleh Mpu Sindok, setelah ia memindahkan pusat pemerintahan
Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Pada awalnya,
wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Kemulan mencakup daerah Nganjuk,
Pasuruan, Surabaya, dan Malang.
Prasasti
yang menyebutkan keberadaan Kerajaan Medang Kemulan, antara lain adalah
Prasasti Mpu Sindok dan Prasasti Kalkuta. Prasasti Mpu Sindok ditemukan
di Tangeran, Bangil, dan Nganjuk. Prasasti bertahun 933 yang ditemukan
di Tangeran, Jombang, menyebutkan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah
Kerajaan Medang Kemulan bersama permaisurinya Sri Wardhani Mpu Kebi.
Selain Prasasti Mpu Sindok, sumber sejarah yang lain adalah Prasasti
Kalkuta.
10.Kerajaan Kediri
Raja
Sri Jayawarsha merupakan raja pertama Kerajaan Kediri. Raja yang
bergelar Sri Jayawarsha Digjaya Shastra Prabhu ini mengaku dirinya
sebagai titisan Dewa Wisnu seperti Airlangga. Raja kerajaan kediri
selanjutnya adalah Bameswara. Bameswara bergelar Sri Maharaja Rakai
Sirikan Sri Kameshwara Sakalabhuwanatushtikarana Sarwwaniwaryyawiryya
Parakrama Digjayatunggadewa.Dalam
kitab Kakawin Smaradahana, karangan Mpu Dharmaja, diceritakan bahwa
Raja Bameswara adalah keturunan pendiri Dinasti Isyana yang menikah
dengan Chandra Kirana, putrid Jayabhaya.Jayabhaya
bergelar Sri Maharaja Sri Warmmeswara Madhusudanawataranindita
Suhrtsingha Parkrama Digjayotunggadewa Jayabhayalanchana. Pada masa
pemerintahan Jayabhaya, terjadi perang saudara ini diabadikan dalam
bentuk Kakawin Bharatayuddha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu
Punuluh. Jayabhaya berhasil memenangkan perang saudara tersebut sehingga
wilayah Kediri berhasil disatukan lagi dengan wilayah Jenggala.
Peristiwa
kemenangan ini diabadikan dalam Prasasti Ngantang. Pengganti Jayabhaya
yaitu Sarweswara dari Aryyeswara, tidak banyak diketahui. Raja
berikutnya adalah Gandra. Pada masa pemerintahannya, Gandra
menyempurnakan struktur pemerintahan yang diwariskan Kerajaan Medang
Kamulan.
11.Kerajaan Singasari
Dalam
kitab paraton disebutkan bahwa kean arok atas perintah barihiang
menyerang Kediri pada tahun 1222 M dan berhasil mengalahkan kerajaan
Kediri. Akhirnya ken arok pun mendirikan sebuah kerajaan yang bernama
kerajaan singasari pada tahun 1222 M (abad 13 M ) dengan pusat
pemerintahannya lokasi kerajaan singasari atau letak geografis kerajaan
singasari disekitar kota malang, jawa timur.
Ken
arok dalam masa memerintah hanya 5 tahun yaitu sejak tahun 1222 – 1227
M. pada tahun 1227 M, ken arok berhasil dibunuh oleh anak ken dedes
sehingga ia menjadi raja singasari (1227-1248 M). dengan meninggalnya
ken arok tohjaya sebagai anak ken arok dari ken umang ingin membalas
kematian ayahya, untuk itu, pada tahun 1248 M, anusapati atau anak ken
dedes dibunuh oleh tohjaya.
Akhirnya
tohjaya pun naik takhta. Tetapi pada masa pemerintahannya terjadi
pemberontakan yang dilakukan oleh ranggawuni serta mahisa campaka. Panji
tohjaya berhasil melarikan diri tetapi tidak berselang lama ia
meninggal.
Akhirnya
ranggawuni menjadi raja singasari (1248-1268 M). ketika ranggawuni
meninggal maka diganti dengan putranya yaitu kertanegara (1268-1292 M).
dalam bidang politiknya kertanegara ingin meluaskan wilayahnya sampai
seluruh wilayah nuantara terbukti dengan pengiriman pasukan tentara pada
tahun 1275 M ke melayu yang dikenal dengan ekspedisi pamalayu.Tujuan
ekspedisi ini untuk memperluas wilayah diluar jawa. Pada tahun 1280 dan
1281, datanglah utusan khubilai khan agar singasari tunduk kepada
perintah kaisar kubilai khan. Tetapi perintah itu ditolak dan membuat
muka sang utusan yaitu muka meng chi dirusak dan membuat marah kaisar.Sang
kaisar mengirim pasukan ke jawa untuk menyerang singasari tetapi itu
tidak terlaksana karena kertanegara telah meninggal terlebih dahulu
karena serangan jayakatwang(keturunan Kediri). Menurut prasasti kudadu,
setelah terbunuhnya kertanegara, raden wijaya dan keempat istrinya serta
beberapa pengikutnya selamat dan menyebrang ke madur. Ketika mereka
sampai di Madura, mereka diterima oleh bupati sumenep(arya wiraraja).
Akhirnya,
raden wijaya pun menyerang balik jayakatwang, dengan memanfaatkan
pasukan kubilai khan yang berada dichina. Ia berhasil menyakikan pasukan
china tersebut bahwa raden wijaya akan mengakui kedaulatan kubhilai
khan. Akhirnya jayakatwang pun berhasil dikalahkan dan jayakatwang pun
dibawa pasukan mongol dan akhirnya dibunuh. Raden wijaya pun berhasil
memukul mundur pasukan mongol yang mengakibatkan 3000 tentara mongol
tewas dan sisanya melarikan diri ke jawa untuk kembali kenegerinya.
12.Kerajaan Wangsa Isyana
Kerajaan
yang berikutnya adalah Kerajaan Wangsa Isyana. Raja Empu Sendok telah
memindahkan pusat pemerintahannya ke Jawa Timur tahun 929. Lalu dirinya
membentuk wangsa baru yakni Wangsa Isyana.
Beberapa raja yang sudah pernah memerintah di kerajaan ini adalah:
- Raja Empu Sendok yang bergelar sebagai Maharaja Rake Hino Sri Isyana Wikrama dharmo tunggadewa.
- Raja Sri Isyanatunggawijaya.
- Raja Makutawangsawardhana.
- Raja Dharmawangsa, yang bergelar sebagai Sri Dharmawangsa Teguh Ananta wikrama tunggadewa.
- Raja Airlangga, yang bergelar sebagai Sri Maharaja Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Ananta wikrama tunggadewa.
Namun
di tahun 1401, Pemerintahan Kerajaan Kahuripan telah dibagi menjadi 2
bagian (tugas pembagian telah diserahkan pada Empu Bharada), yakni:
- Kerajaan Jenggala/ Singasari, yang beribukota di Kahuripan.
- Kerajaan Panjalu/ Kediri, yang beribukota di Daha.
Daftar Pustaka
Wardaya. 2009. Cakrawala Sejarah 2 :
untuk SMA / MA Kelas XI ( Program IPS ). Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Penelusuran yang terkait dengan Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
- 12 kerajaan hindu budha di indonesia
- rangkuman kerajaan hindu budha di indonesia
- kerajaan budha di indonesia
- kerajaan hindu di indonesia
- perkembangan kerajaan hindu budha di indonesia
- peninggalan kerajaan hindu budha di indonesia
- kerajaan hindu budha pertama di indonesia
- peta kerajaan hindu budha di indonesia
- sejarah kerajaan hindu di indonesia
- rangkuman perkembangan kerajaan hindu budha di indonesia
- kebudayaan hindu budha di indonesia
- kerajaan bercorak hindu budha di indonesia
Post a Comment for "Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia Beserta Penjelasannya Secara Lengkap"