Pengertian Mobilitas Sosial Meliputi Jenis atau Bentuk, Faktor, dan Dampak)
Pengertian Mobilitas Sosial, Status, Bentuk, Jenis, Faktor Pendorong dan Arah Saluran |
Setiap manusia pasti ingin merubah statusnya ke status yang lebih
baik. Kalau anda masih meragukan, silahkan coba melakukan eksperimen yaitu
dengan bertanya pada anak kecil. Apa cita-citamu kalau sudah besar? Dia akan
menjawab A. Dan setelah ia sudah remaja, coba Tanya kembali, maka ia akan
menjawab B. Kemungkinan besar cita-cita “B” adalah cita-cita yang lebih tinggi statusnya
dibandingkan cita-cita sebelumnya. Perubahan status inilah yang sering
dikatakan orang sebagai bagian dari mobilitas. Kalau dilihat secara bahasa, kata
mobilitas berasal dari bahasa latin yaitu “mobilis” yang berarti mudah
dipindahkan atau banyak gerak. Artinya mobilitas adalah pergerakan atau
perpindahan status satu ke status yang lain, baik itu perubahan ke status yang
lebih baik (naik) maupun ke status yang lebih rendah (turun) dan ada juga tidak
terjadi perubahan status namun hanya
perpindahan aktivitas atau tempat saja. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa mobilitas sosial merupakan perpindahan status
dalam stratifikasi sosial atau pelapisan sosial di masyarakat.
Mobilitas Sosial Menurut Para Ahli
Beberapa pengertian mobilitas sosial menurut para ahli:
- Henry Clay Smith (1968)
mengatakan mobilitas sosial adalah gerakan dalam struktur sosial (gerakan antarindividu dengan kelompoknya). - Haditono (1991)
mengatakan mobilitas sosial adalah perpindahan seseorang atau kelompok dari kedudukan yang satu ke kedudukan yang lain, tetapi sejajar. - Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1992)
mengatakan mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lain. - David Jary dan Julia Jary (1991)
mendefinisikan mobilitas sosial yakni: dapat dijelaskan bahwa pergerakan individu, kadang-kadang kelompok antara posisi berbeda dalam hierarki stratifikasi sosial pada masyarakat. - Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto menyatakan bahwa mobilitas sosial ialah suatu gerak dalam struktur sosial yakni pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial - H. Edward Ransford
Menurut H. Edward Ransford menyatakan bahwa mobilitas sosial ialah suatu perpindahan ke atas atau kebawah dalam lingkungan sosial secara hirarki - Robert M.Z. Lawang
Menurut Robert .M.Z. Lawang menyatakan bahwa mobilitas sosial ialah perpindahan posisi dari lapisan yang satu ke lapisan yang lainnya atau dari satu dimensi ke dimensi yang lainnya - Horton Dan Hunt
Menurut Horton dan Hunt menyatakan bahwa mobilitas sosial yaitu suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial yang lainnya - Kimball Young Dan Raymond W. Mack
Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack menyatakan bahwa mobilitas sosial ialah suatu mobilitas dalam struktur sosial, diantaranya pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok - Wiliam Kornblum
Menurut Wiliam Kornblum menyatakan bahwa mobilitas sosial ialah sebuah perpindahan individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok sosial serta satu lapisan ke lapisan sosial lainnya
Setelah membaca penjelasan di atas
bahwa mobilitas sosial memiliki bentuk-bentuk yang berbeda yaitu:
1.
Mobilitas horizontal
Mobilitas horizontal adalah perpindahan individu atau objek sosial
lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Dengan
demikian seseorang hanya mengalami perpindahan semata akan tetapi tidak
menambah tingkatan atau mengurangi tingkatan status yang lama. Contohnya murid
SMAN 1 pindah sekolah ke MAN 1. Disini terlihat bahwa, murid tersebut hanya
berpindah sekolah namun statusnya masih sama yakni siswa (murid).
2.
Mobilitas vertikal
Mobilitas vertikal merupakan perpindahan individu atau objek sosial
dari suatu kedudukan sosial yang satu ke kedudukan sosial lainnya yang tidak
sederajat. Artinya terjadi perubahan derajat seseorang dari yang rendah menjadi
yang tinggi atau sebaliknya. Ciri khas dalam mobilitas sosial vertikal adalah
terjadinya perubahan derajat pada individu dalam mobilitas sosial tersebut. Mobilitas
vertikal terbagi menjadi dua yaitu:
a.
Social climbing
Social climbing atau disebut mobilitas vertikal naik adalah
mobilitas sosial yang di dalamnya terjadi kenaikan derajat. Social climbing memiliki
dua bentuk utama yaitu: 1). Masuknya individu-individu yang mempunyai
kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. 2). Pembentukan suatu
kelompok baru yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari
kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut. Contohnya, seorang guru
yang berprestasi diangkat menjadi kepala sekolah.
b.
Social sinking
Social sinking atau disebut juga mobilitas vertikal turun adalah
mobilitas sosial yang di dalamnya terjadi penurunan derajat. Social sinking
memiliki dua bentuk utama, yaitu: 1). Turunnya kedudukan individu-individu ke
kedudukan yang lebih rendah derajatnya. 2). Turunnya derajat sekelompok
individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan. Contohnya,
seorang ketua partai politik diturunkan atau dikeluarkan karena terdakwa sebagai
koruptor.
Pada prinsipnya
mobilitas sosial vertikal memiliki beberapa prinsip anatar lain yaitu :
1.
Hamper
tidak ada masyarakat yangstratifikasinya secara mutlak tertutup, sekalipun pada
masyarakat sistem kasta.
2.
Gerak
sosial vertikal tidak mungkin dapat dilakukan sebebas-bebasnya meski stratifikasinya
terbuka karena ada hambatan-hambatan.
3.
Gerak
sosial vertikal memiliki cirri khas dalam setiap masyarakat tidak sama
4.
Laju
gerak sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, serta
pekerjaan berbeda-beda.
5.
Tidak
ada kecendrungan yang kntiniu mengenai bertambah atau berkuangnya laju gerak
sosial, dan ini berlaku bagi semua masyarakat.
3.
Mobilitas intragenerasi
Dalam kehidupan sehari-hari seringlah kita melihat di satu keluarga
memiliki anak yang banyak. Si abang memiliki status lebih tinggi di bandingkan
adiknya. Ada juga kebalikannya. Dari contoh tersebutlah kita bisa ambil garis
tengahnya bahwa mobilitas dalam masayarakat yang tejadi pada keluarga mengalami
perubahan. Perubahan pada status abang dan adik inilah yang dinamakan sebagai
mobilitas intragenerasi. Mobilitas intragenerasi merupakan mobilitas sosial
yang dialami seseorang selama masa hidupnya (dalam satu generasi) atau
berdasarkan riwayat hidupnya. Mobilitas ini hanya terjadi pada generasi yang
sama. Dengan pengertian lain, satu generasi yang sama yaitu adik, kakak, dan
abang. Mobilitas ini juga bisa naik dan turun. Contoh mobilitas intragenerasi naik:
Wahyu dan Andini adalah abang adik yang mendirikan sekolah bersama. Wahyu
sebagai abang menjadi guru sedangkan Andini sebagai adik menjabat kepala
sekolah. Sedangkan contoh intragenerasi turun sebaliknya.
4.
Mobilitas antargenerasi
Kalau mobilitas intragenerasi hanya meliputi satu generasi yang
sama, maka berbeda halnya dengan mobilitas antargenerasi. Mobilitas
antargenerasi diartikan sebagai mobilitas sosial yang terjadi antara dua
generasi atau lebih. Mobilitas seperti ini terjadi karena adanya perubahan
status sosial antara ayah dengan anak, anak dengan cucu, dan seterusnya.
Mobilitas antargenerasi mengacu kepada perbedaan status yang dicapai seseorang
yang telah memiliki keluarga sendiri dibandingkan dengan status sosial yang
dimiliki orang tuanya. Dalam mobilitas ini juga bisa terjadi gerak naik maupun
turun. Contoh mobilitas sosial antargenerasi naik, anak seorang pemulung yang
rajin dan mampu menyekolahkan anakanya hingga saraja dan menjadi dosen di
sebuah perguruan tinggi negeri.
5.
Mobilitas geografis
Bebeda pula halnya dengan mobilitas geografis yang menekankan pada perpindahan
individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah yang lain seperti
transmigrasi, urbanisasi dan migrasi. Mobilitas ini lebih menekankan pada
tempat yang membuat individu mengalami perubahan status. Contohnya yaitu seseorang
warga biasa berpindah tempat karena alasan ekonomi, setelah di tempat tinggal
yang baru ia sukses dan terpilih menjadi lurah.
Menurut Pitirim A. Sorikin, gerakan sosial vertikal memiliki
saluran-saluran dalam masyarakat. Proses gerakan sosial vertikal melalui
saluran tersebut dinamakan social circulation (Soekarto, 1990:278). Saluran-saluran
itu sebagai berikut:
1)
Angkatan bersenjata
Dalam sistem militer angkatan bersenjata atau kepolisian memiliki aturan
sendiri. Bagi prajurit yang memiliki kemampuan lebih akan memperoleh kenaikkan
pangkat, begitu juga sebaliknya bagi prajurit yang melanggar maka akan
diturunkan pangkatnya. Berarti dalam angkatan bersenjata juga akan terjadi
mobilitas sosial, baik vertikal naik maupun vertikal turun.
2)
Lembaga-lembaga keagamaan
Pada umumnya, agama mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki
derajat yang sama di mata Tuhan. Ajaran ini pada hakikatnya untuk permasalahan
keyakinan dan ketaatan namun dalam kehidupan bermasyarakat tujuannya adalah
untuk mengajak orang-orang yang berada
pada lapisan bawah untuk termotivasi untuk menaikkan derajatnya dalam
stratifikasi di masyarakat. Contohnya Ajaran Nabi Besar Muhammad SAW yang
mengajarkan umat Muslim untuk berusaha karena Allah SWT tidak akan mengubah
nasib seseorang apabila orang tersebut tidak berusaha untuk mengubah nasibnya
sendiri. Jelaslah sudah bahwa agama juga mengajarkan untuk melakukan mobilitas
sosial di masyarakat.
3)
Lembaga-lembaga pendidikan
Lembaga pendidikanlah yang paling sering digunakan untuk melakukan
mobilitas vertikal naik. Di Indonesia khususnya selalu mempertanyakan ijazah
untuk mendapatkan suatu pekerjaan. Dengan ijazah dan kemampuan dalam ilmu
pengetahuan juga biasanya seseorang diangkat menjadi pejabat-pejabat penting
dalam masyarakat. Hal ini karena masyarakat sangat menghargai seseorang yang
mempunyai pendidikan tinggi karena dianggap memiliki kemampuan bekerja,
contohnya pegawai negeri, dokter, guru dan profesi lainnya.
4)
Organisasi-organisasi politik, ekonomi, dan keahlian
Organisasi politik, ekonomi, atau organisasi dengan keahlian
tertentu terkadang menjadi jembatan seseorang untuk meraih prestise tertentu di
masyarakat. Contohnya, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tentu memiliki
prestise yang berbeda dibandingkan dengan dokter biasa.
5)
Perkawinan
Tidak bisa dipungkiri kata-kata matrek tidaklah asing ditelinga
kita. Hal ini sangat berkaitan dengan mobilitas sosial pada seseorang. Orang
yang menikahi pria atau wanita yang kaya dianggap akan mengubah statusnya mejadi
lebih tinggi lagi. Sehingga melalaui perkawinan, mobilitas sosial vertikal naik
sering terjadi meski terkadang juga tejadi mobilitas sosial turun karena sesorang
yang menikah dengan orang yang berasal dari lapisan sosial di bawahnya akan
mengalami mobilitas vertikal turun. Contohnya seseorang yang memiliki kasta brahmana menikah dengan
kasta sudra maka ia akan kehilangan kasta asalanya.
1.
Konflik
Di saat terjadi perubahan status pada suatu organisasi atau
lembaga, secara manusiawi pasti ada yang cemburu, iri, atau tidak terima.
Aapalagi perubahan status tersebut menjadikan seseorang turun jabatan atau
derajat, maka tidak bisa dipungkiri akan terjadi konflik. Selain itu konflik juga
dapat terjadi karena adanya perbedaan yang mana dapat disebabkan oleh: perbedaan
kebudayaan, perbedaan antar-individu, perbedaan kepetingan dan perubahan
sosial. Masing-masing pihak yang berkonflik biasanya bersikukuh untuk mempertahankan
pendirianya masing-masing dan berusaha menjatuhkan pendirian lawanya.
2.
Penyesuaian atau Proses akomodasi baru
Konflik di sisi dapat mengancam stabililitas sosial, akan tetapi di
sisi lain konflik juga dapat dapat mendorong para pihak yang bersiteru untuk
menciptakan penyesuaian-penyesuaian dalam upaya menyelesaikan konflik diantara
mereka. Untuk itu, stabilitas sosial baru lambat laun terbentuk di masyarakat.
Penyesuaian terhadap perubahan yang diakibatkan oleh mobilitas sosial, antara
lain:
a.
Berlakunya
perlakuan atau aturan yang baru di masyarakat.
Perlakuan atau aturan brupa sistem politik yang baru,, ideologi
baru, tingkat toleransi yang tinggi, tingkat kebebasan yang lebih tinggi, dsb
b.
Masyarakat
mulai mempunyai sikap baru terhadap suatu keadaan.
c.
Terdapat
pergantian dominasi dalam suatu masyarakat. Misalnya, setelah indonesia
merdeka, semua warga berhak memperoleh pendidikan yang sama.
Karakteristik Mobilitas Sosial
Mobilitas
sosial sebagai suatu proses yang berkelanjutan memiliki sedert
karakteristik yang menandainya, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Mobilitas sosial dapat melibatkan kelompok atau individu yang ada di dalam masyarakat.
Gerakan suatu perpindahan bisa saja dilakukan secara individual, namun tak jarang juga akan melibatkan banyak orang seperti yang terjadi dalam perkembangan negara berkembang menjadi negara maju.
Sehingga turut meningkatkan taraf kehidupan banyak warganya. - Mudah-tidaknya suatu kelompok atau individu daam melakukan suatu mobilitas sosial serta tergantung pada struktur sosial masyarakatnya.
- Mobilitas sosial akan menimbulkan kecemasan danjuga ketegangan.
Pada masyarakat di mana struktur sosialnya yang bersifat terbuka, individu tersebut senantiasa akan mengalami suatu kecemasan serta akan kehilangan hak-hak yang dimiliki apabila terjadi penurunan status.
Sehingga hampir seluruh waktunya mungkin dihabiskan untuk berusaha dalam mempertahankan kedudukan.
Sebaliknya, juga akan muncul ketegangan dalam memahami peran baru apabila terjadi kenaikan status. - Perubahan
dalam mobilitas sosial juga ditandai dengan suatu perubahan struktur
sosial yang meliputi hubungan antar individu dalam suatu kelompok serta
antara individu dengan kelompok.
Dalam hal ini, sering kali terjadi keretakan dalam sebuah hubungan antar anggota kelompok primer, sebab terdapat anggotanya yang berpindah ke status yang lebih tinggi maupun ke status lebih rendah.
Faktor-Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
Faktor Perubahan Situasi Politik
Situasi
politik pada dasarnya adalah kondisi stabilitas pemerintahan termasuk
bagaimana dukungan rakyat pada umumnya terhadap struktur pemerintahan
yang baru dalam masyarakat tersebut. Melalui dorongandorongan politik
seorang individu ingin menduduki posisi-posisi tertentu dalam rangka
mengembangkan organisasi politik mereka, biasanya aktivitas ini didukung
oleh orang-orang yang mempunyai kesamaan kepentingan politik.Dalam
struktur pemerintahan biasanya didukung oleh orang-orang parpol yang
duduk di dewan perwakilan rakyat misalnya kedudukan sebagai gubernur,
bupati atau walikota, camat, lurah, dan lain-lain. Inilah contoh faktor-
faktor yang mendorong terjadinya mobilitas sosial secara vertikal dari
sisi politik.
- Faktor Perubahan Sosial Budaya
Dalam
masyarakat senantiasa terjadi perubahan baik dalam struktur sosial,
interaksi sosial, maupun dalam sistem tata nilai. Perubahanperubahan ini
dapat memberikan dorongan kepada individu dalam masyarakat untuk
melakukan penyesuaian terhadap tuntutan perubahan, sehingga
mengakibatkan keinginan yang kuat bagi seorang individu untuk melakukan
social climbing. Kemajuan teknologi misalnya, dapat membuka kemungkinan
timbulnya mobilitas ke atas dan perubahan ideologi dapat menimbulkan
stratifikasi baru.
- Faktor Perubahan Ekonomi
Situasi
ekonomi dalam masyarakat dapat memberikan dorongan bagi individu
ataupun kelompok individu untuk meningkatkan kedudukan mereka
masing-masing. Kondisi ekonomi yang membaik dapat memberikan dorongan
untuk melakukan ekspansi dalam berbagai macam usaha. Kondisi ekonomi
yang buruk juga dapat memengaruhi orang untuk melakukan berbagai macam
tindakan antisipatif dalam mencegah kejadian kejadian yang tidak mereka
inginkan.
Faktor-Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
Selain
faktor pendorong, ada juga faktor penghambat bagi mobilitas sosial.
Jika faktor-faktor di bawah ini masih ada maka akan sulit untuk
masyarakat melakukan mobilitas sosial. Adapun faktor penghambat dari
mobilitas sosial, yaitu:
1. Kemiskinan
Masyarakat
yang mengalami kemiskinan akan kesulitan untuk mencapai status sosial
tertentu. Salah satu penyebab kemiskinan adalah pendidikan yang rendah. Emang
kenapa kalau pendidikannya rendah? Dengan pendidikan yang rendah,
kualitasnya sebagai sumber daya manusia pun juga menjadi rendah.
Akibatnya, kemampuannya untuk bersaing dalam mendapatkan pekerjaan
menjadi terbatas.
2. Diskriminasi
Diskriminasi adalah membedakan perlakuan terhadap sesama karena alasan beda bangsa, suku, ras, agama, dan golongan. Nah,
perlakuan membedakan seperti ini sangat tidak baik, selain dapat
mengakibatkan konflik, juga dapat menghambat mobilitas sosial.
3. Perbedaan Jenis Kelamin (Gender)
Membeda-bedakan
jenis kelamin, seperti memiliki pandangan bahwa derajat laki-laki lebih
tinggi daripada wanita juga bisa menghambat mobilitas sosial, Misalnya, pandangan bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi toh yang bekerja adalah suami.,
perilaku seperti itu dapat menghalangi prestasi dan kesempatan
seseorang untuk melakukan mobilitas agar status sosialnya meningkat.
Dampak mobilitas sosial
Mobilitas sosial merupakan suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau dari suatu strata ke strata yang lainnya. Mobilitas sosial juga dapat diartikan sebagai suatu gerak yang ada di dalam struktur sosial yakni pola-pola tertentu yang berfungsi mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Adanya mobilitas di dalam masyarakat dapat menimbulkan bermacam-macam konsekuensi, baik konsekuensi positif atau konsekuensi negatif. Ketika seorang individu atau kelompok yang mengalami mobilitas sosial dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang baru, maka individu tersebut dapat memperoleh hal-hal positif dalam konsekuensi mobilitas sosialnya, seperti :
- Peluang mobilitas adalah kesempatan bagi individu maupun kelompok individu untuk lebih maju.
- Mengalami kebahagiaan, kepuasan, dan kebanggaan.
- Kesempatan mobilitas sosial akan mendorong orang untuk mau bekerja keras serta mengejar prestasi dan kemajuan agar dapat meraih kedudukan yang diinginkan.
dan sebaliknya ketika seorang individu atau kelompok yang mengalami mobilitas sosial tidak dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang baru, maka individu tersebut akan memperoleh hal-hal negatif dalam konsekuensi mobilitasnya, seperti :
- Kecemasan akan terjadinya penurunan status apabila terjadi mobilitas menurun.
- Keretakan hubungan antar anggota kelompok primer.
- Ketegangan saat mempelajari peran baru dari jabatan yang meningkat.
Mobilitas sosial juga memberikan dampak, baik dampak positif ataupun dampak negatif, yaitu :
1. Dampak Positif
1. Dampak Positif
- Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau untuk maju, karena terdapat kesempatan untuk pindah strata.
- Mobilitas sosial akan mempercepat tingkat perubahan sosial dalam masyarakat kea rah yang lebih baik. Contohnya adalah perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industry.
2. Dampak Negatif
- Konflik antar-kelas - Terjadi karena benturan dari kepentingan antar-kelas sosial.
- Konflik antar-kelompok - karena perebutan peluang mobilitas dan melibatkan ras, agama, etnisitas, atau golongan.
- Konflik antar-individu - Terjadi karena penolakan terhadap individu di dalam suatu kelompok.
- Konflik antar-generasi - Terjadi karena anak-anak yang berhasil meraih posisi yang lebih tinggi dari posisi sosial orang tuanya akan menimbulkan ethnosentrisme generasi. Hal ini disebabkan generasi anak dan generasi orang tua memiliki perbedaan perkembangan.
- Konflik status dan konflik peran - Kesulitan yang dialami seseorang dalam menyesuaikan diri dengan status barunya akan memunculkan konflik peran dan konflik status. Konflik peran adalah keadaan dimana seseorang tidak bisa melaksanakan peran sesuai dengan tuntutan status yang disandangnya. Sedangkan konflik status adalah pertentangan antar-status seseorang karena kepentingan yang berbeda.
- Berkurangnya solidaritas kelompok.
Penelusuran yang terkait dengan Mobilitas Sosial
Post a Comment for "Pengertian Mobilitas Sosial Meliputi Jenis atau Bentuk, Faktor, dan Dampak)"