Makalah Pemikiran dan Karya - Karya Ibnu Thufail
PENDAHULUAN
[10]
Maftukhin, Filsafat
Islam …hlm. 188-191
Pemikiran seseorang tidak akan lepas
dari pengaruh zaman dan tempat dimana orang itu berada. Pengaruh zaman dan
tempat itu akan memberikan ciri khas atau corak dari pemikiran itu sendiri.
Makalah ini secara spesifik ingin
mengetahui ciri atau corak pemikiran salah satu filosof muslim yang terkenal dengan
filosofisnya Hayyu bin Yaqdzan adalah Ibnu Thufail seorang filosof
muslim yang hidup pada masa kholifah Abu Ya’quf Yusuf, Dinasti Al-Muwahhid
Spanyol.
Penulis berharap, adanya makalah
yang singkat ini dapat memberikan pengetahuan dan pencerahan bagi kita semua.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Bagaimana
biografi Ibnu Thufail?
B. Apa
karya-karya Ibnu Thufail?
C. Bagaimana
pemikiran Ibnu Thufail?
III.
PEMBAHASAN
A. Biografi
Ibnu Thufail
Nama
lengkap Ibnu Thufail (506 H-581 H/ 1110 M-1185 M)[1]
adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Thufail. Dia
merupakan pemuka besar pertama pemikiran filsufis Muwahhid di Spanyol. Di Eropa
dia terkenal dengan nama Abubacer.[2]
Ibnu Thufail dilahirkan di Wadi Asy dekat Granada pada tahun 506 H/ 1110 M.[3]
Dia merupakan murid Ibnu Bajjah. Selama
studi, Ibnu Thufail giat mempelajari ilmu kedokteran dan filsafat di Seville dan
Cordova.[4]
Dia
memulai karirnya sebagai dokter praktik di Granada dan lewat ketenarannya dalam
jabatan itu, dia diangkat menjadi sekretaris gubernur di propinsi Granada.
Kemudian pada tahun 549 H/1154 M, dia menjadi sekretaris pribadi Gubernur Ceuta
dan Tangier, putra Abdul al-Mu’min, penguasa Muwahhidin Spanyol pertama yang
merebut Maroko pada tahun 542 H/1147 M. Akhirnya, Thufail menduduki jabatan
dokter tinggi dan menjadi qadhi di pengadilan serta wazir khalifah Muwahhid Abu
Ya’qub Yusuf (558 H/1163 M-580 H/1184 M).
Sebagaimana filosof-filosof muslim, Ibnu Thufail juga memiliki
disiplin ilmu dalam berbagai bidang. Selain sebagai seorang filosof, ia juga
ahli dalam ilmu kedokteran, matematika, astronomi, dan penyair yang sangat
terkenal dari Dinasti Al-Muwahhid di Spanyol.[5]
Ibnu Thufail juga dikenal sebagai filsuf muslim yang gemar menuangkan pemikiran
kefilsafatannya melalui kisah-kisah yang penuh kebenaran.[6]
Ibnu Thufayl mengembuskan napas terakhir di Maroko pada tahun 1185 M dan
dimakamkan di sana.[7]
B. Karya-karya
Ibnu Thufail
Semua
karya filosof Ibnu Thufail tidak ada lagi yang masih tinggal di tangan kita
selain Hayyu bin Yaqdzan, sebuah
buku yang sangat terkenal dikalangan bangsa Arab maupun bangsa-bangsa Latin
(Eropa). Buku tersebut diterjemahkan oleh seorang orientalis Inggris bernama
Pocock pada abad ke-17 M. dewasa ini buku tersebut telah diterjemahkan kedalam
berbagai bahasa seperti Spanyol, Perancis, Inggris dan Jerman.
Risalah
(buku) Hayyu bin Yaqdzan yang ditulis oleh Ibnu Thufail sesungguhnya
berisi berbagai rumus filsafat yang disampaikan dengan lambang Hayyu bin
Yaqdzan adalah lambang akal fikiran, sedangkan teman-temannya melambangkan
selera, syahwat, perasaan marah dan tabiat-tabiat lainnya yang lazim ada pada
manusia. Dia menyusun risalah itu dalam bentuk hikayat. Dalam mukadimahnya Ibnu
Thufail menjelaskan tujuan buku yang ditulisnya, yaitu menyaksikan kebenaran (al-haqq).[8]
C. Pemikiran
Ibnu Thufail
Risalah
Hayyu bin Yaqdzan tersebut secara simbolis memuat pemikiran filsafat
Ibnu Thufail yang meliputi berbagai aspek.
1) Tentang
Tuhan
Alam
ini ada penciptanya, yang tiada lain adalah Tuhan. Dia yang mengeluarkan dari
“ketiadaan” ke maujud (creatia ex nihili) dan tidak mungkin
keluar (tercipta) dengan sendirinya. Dari itu pasti ada pelaku penciptaan
tersebut. Pelaku ini tidak diketahui dengan indera, sebab bila diketahui dengan
indera berarti ia berupa materi (bendawi). Kalau berupa materi, berarti masih
merupakan elemen dari alam dan itu tentunya diciptakan. Dengan demikian
memerlukan pencipta. Andaikata pencipta kedua juga berupa materi, tentu juga
membutuhkan pencipta ketiga, keempat, dan seterusnya. Bila demikian, maka
terjadi tasalsul. Proses seperti ini berarti absurd, tidak dapat
diterima akal sehat.
Gambaran
sifat-sifat Tuhan adalah Tuhan itu jauh dari sifat kekurangan, karena
kekurangan itu sendiri tidak lain kecuali “ketiadaan murni” (adam al-mahd)
atau yang berkaitan dengan ketiadaan dan bagaimana mungkin “ketiadaan”
tergantung pada wujud murni (wujud al-mahd) yang wajib wujudnya dengan
zatnya, yang memberikan ada kepada setiap yang wujud. Dari itu tidak ada wujud
selain Dia. Dialah Maha Wujud, Dialah kesempurnaan, Dialah kebaikan, Dialah
pengetahuan dan Dialah sumber segala yang wujud. (Q.S. al-Qasas:88).[9]
2) Tentang
Dunia (Kosmologis)
Pertama,
apabila alam ini diyakini kekal, maka akan menimbulkan kontradisi yang banyak,
dengan alasan bahwa tidak mungkin wujud sesuatu yang tidak ada akhirnya tidak
mungkinnya wujud materi yang tidak ada lepas dari penciptaan, dan tidak mungkin
mendahului penciptanya, berarti diciptakan. Kedua, apabila diyakini
bahwa alam ini baru (diciptakan), maka akan timbul masalah lain, karena
pengertian baru setelah tiada tidak mungkin dipahami kecuali bahwa didahului
oleh waktu, sedang itu sendiri adalah bagian dari alam dan tidak terpisah. Oleh
karena itu tidak dapat dipahami bahwa alam ini datang sesudah adanya waktu.
Namun Ibnu Thufail dalam pernyataannya menegaskan bahwa apabila alam ini baru
diciptakan, berarti pasti ada yang menciptakan tidak dari dulu.
3) Tantang
Akal dan Wahyu
Pandangan
Ibnu Thufail mengenai kedudukan akal dan wahyu ia tampilkan dalam risalah Hayyu
bin Yaqdzan yang hanya menggunakan rasio dalam memahami realitas
kehidupannya, mengambil konsep-konsep yang tidak bertentangan, bahkan sejalan
dengan informasi wahyu yang dibawah oleh Asal sang “teolog”. Apa yang
diperintahkan oleh syari’at Islam dan apa yang diketahui oleh akal sehat dengan
sendirinya, berupa kebenaran, kebaikan dan keindahan dapat tertemu dalam satu
titik, tanpa diperselisihkan lagi. Dengan kata lain, hakikat kebenaran yang dilakukan oleh filsafat
sejalan dengan apa yang ada dalam wahyu.
4) Tantang
Epistemologi
Bagi
Ibnu Thufail, pengalaman merupakan suatu proses pengenalan lingkungan melalui
indera. Organ-organ indera berfungsi berkat jiwa yang ada dalam hati. Dari situ
berbagai data indera yang kacau mencapai otak yang menyebarkan ke seluruh tubuh
lewat jalur syaraf, yang selanjutnya diproses menjadi kesatuan persetif.
5) Tentang
Derajat Intelektual Manusia
Pada
tokoh pelaku dalam risalah Hayyu bin Yaqdzan oleh Ibnu Thufail
dimaksudkan sebagai symbol keanekaragaman derajat intelektual manusia. Mereka
terbagi dalam tidak kelompak utama, yaitu: (1) filosof, yang dalam cerita itu
diperankan oleh Hayyu bin Yaqdzan, yang memperoleh kebenaran dari
perenungannya atas realitas alam; (2) agamawan, yang dalam cerita diperankan
oleh Asal, yang berpegang dengan wahyu dalam beragama; (3) masyarakat awam,
yang dalam cerita diperankan oleh Salman dan masyarakat. Mereka dalam beragama
hanya berdasarkan tradisi dan taqlid, serta menerima agama hanya dalam
bentuk zahirnya saja.[10]
IV.
KESIMPULAN
Nama lengkap Ibnu Thufail adalah Abu Bakar Muhammad
bin Abdul Malik bin Muhammad bin Thufail. Dia merupakan pemuka besar pertama
pemikiran filsufis Muwahhid di Spanyol. Di Eropa dia terkenal dengan nama Abubacer.
Ibnu Thufail dilahirkan di Wadi Asy dekat Granada pada tahun 506 H/ 1110 M.
Ibnu Thufayl mengembuskan napas terakhir di Maroko pada tahun 1185 M dan
dimakamkan si sana.
Semua karya filosof Ibnu Thufail tidak ada lagi yang
masih tinggal di tangan kita selain
Hayyu bin Yaqdzan.
Pemikiran Ibnu Thufail diantaranya mengenai tentang
Tuhan, dunia (kosmologi), akal dan wahyu, epistemology, derajat intelektual
manusia.
V.
PENUTUP
Syukur Alhamdulillah demikian makalah yang dapat
kami susun. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak
kekurangan.Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah kami ini dan berikutnya.Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Dedi, Supriyadi. Pengantar
Filsafat Islam. Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2009
Fuad
al-ahwani, Ahmad. FILSAFAT ISLAM. Jakarta: Pustaka Firdaus. 1995
Maftukhin.
Filsafat Islam. Yogyakarta: Teras. 2012
Murtiningsih, Wahyu. Para
Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah. Jogjakarta:IRCiSoD. 2014
Poerwantana
dkk. Seluk-Beluk Filsafat Islam. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
1991
Suyono
,Yusuf. Bersama Ibn Rush menengahi filsafat & ortodoksi. Semarang:Walisongo
Press. 2008
Zar, Sirajuddin. Filsafat Islam.
Jakarta: PT Raja Grafindo. 2004
[1]
Yusuf suyono, Bersama
Ibn Rush menengahi filsafat & ortodoksi (Semarang:Walisongo Press,
2008) hlm. 53
[2]
Ahmad fuad al-ahwani, FILSAFAT
ISLAM (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995) hlm.102
[3] Poerwantana dkk, Seluk-Beluk
Filsafat Islam (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 1991) hlm.192
[4]
Maftukhin, Filsafat
Islam (Yogyakarta: Teras, 2012) hlm. 180
[7]
Supriyadi dedi, Pengantar
Filsafat Islam (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2009) hlm.212
[9]
Maftukhin, Filsafat
Islam…hlm.186-188
Post a Comment for "Makalah Pemikiran dan Karya - Karya Ibnu Thufail"